Seminar tersebut dimaksudkan untuk memperoleh input
dan solusi terhadap kecenderungan menurunnya tingkat partisipasi masyarakat
dalam Pemilu dan Pemilukada
Tampil sebagai narasumber adalah DR. Siliwanti
(Bappenas); DR. Lukman Hakim Saefudin (Wakil Ketua MPR-RI); serta Mohamad
Sobary (Essais).
Terjadinya penurunan tingkat partisipasi
masyarakat dalam Pemilu maupun Pemilukada, menurut Ketua KPU dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Di antaranya, yang paling menonjol adalah tingkat trust (kepercayaan)
kepada penyelenggara, partai politik dan para calon.
“Sebenarnya ada beberapa faktor lainnya, tapi,
menurut saya, ketiga faktor itulah yang paling berpengaruh,” tandas Hafiz
Anshary, Seperti dilansir laman KPU.
Senada dengan Hafiz Anshary, DR. Siliwanti
mengatakan, tingkat partisipasi masyarakat pada Pemilu 2009 yang hanya mencapai
70,99% (Pemilu Legislatif) dan 72,56% (Pemilu Presiden dan Wakil Presiden),
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni trust terhadap penyelenggara,
sikap dan budaya politik, teknis, DPT, sosialisasi, dan administrasi.
Karena itu, pihaknya (Bappenas) telah menyusun
kebijakan terkait Pemilu 2014, yang mencakup fasilitasi dan dukungan
penyelenggara Pemilu (KPU dan Bawaslu), partai politik, kementerian dalam
negeri, kementerian komunikasi dan ininformatika, serta peta tantangan
persiapan Pemilu 2014.
Siliwanti juga menyoroti kondisi umum demokrasi
di Indonesia .
Menurut hasil analisanya, perkembangan demokrasi di Indonesia menunjukkan tren ke arah
yang positif.
“Pada tahun 2009, nilai Indeks Demokrasi
Indonesia (IDI) adalah 67,3. Nah, target kita pada tahun 2014 itu, paling
tidak, harus mencapai angka 73,” ulasnya..
Sementara itu, Mohammad Sobary, mengusulkan agar
KPU memiliki konsultan media yang handal, yang dapat menyusun “manajemen
pemberitaan” sehingga dapat membantu pencitraan positif KPU di masyarakat.
“Saya yakin KPU itu bekerja untuk rakyat, jadi
KPU harus berani “memberitakan” dirinya. Harus dilawan itu pemberitaan-pemberitaan
yang tidak benar. Kalau tidak begitu, saya jadi bertanya, apakah pemerintahnya
yang salah, atau KPU-nya yang salah menghasilkan pemerintah yang sekarang ini?”
katanya.
Pada bagian lain, Endang Sulastri mempertanyakan
kepada pemerintah (Bappenas), yang tidak memberikan ruang kepada KPU untuk
melakukan pendidikan pemilih.
“Dalam kesempatan ini saya ingin mempertanyakan,
mengapa KPU tidak diberikan ruang (anggaran-red) untuk melakukan
pendidikan pemilih kepada masyarakat. Padahal itu (pendidikan pemilih) kan sangat penting untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Pemilu. Hal ini sudah sering saya
sampaikan dalam forum dengan para pembuat kebijakan,” ungkapnya. (c8/lik)
0 comments:
Post a Comment
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.